Sabtu, Februari 28, 2009

From Palestine to Heaven

Cinta
Cinta dan cinta
Kata-kata yang selalu mengiang di telingaku
Menggoyahkan keteguhanku
Dan menggelitik jantung hatiku

Seperempat abad ku mencari cinta
Di antara timbunan sampah dan noda asa
Di sela dedaunan meranggas oleh masa
Di tepi lautan pasir asmara

Dari ujung tanah hingga mega
Dari batas waktu hingga benua
Dari kasatmata hingga dasar samudra
Dari kolong gua hingga ujung senja

Adakah cinta di kepaknya
Adakah cinta di lolongannya
Adakah cinta di celotehnya
Adakah cinta di mukanya

Di beningnya
Di embunnya
Di tetesannya
Di bulirnya

Dalam kegelapan
Dalam keterikan
Dalam kehujanan
Dalam cahaya

Pada kabut
Pada angan
Pada bunga
Pada seminya

Ngarai
Lembah
Bukit
Rimba

Keramaian
Kesepian
Kehampaan
Kesedihan

Bulir menetes di permata kelopak
Gundah meradang di pematang rona
Resah mendekap di lautan jiwa
Nestapa menyengat di rumbai pusara

Kembali

Ummi
Adakah surga di pelukmu
“Aku hendak temui Rabbku”

Abi
Adakah tetes cinta di dekapmu
Kenapa kau campakkan aku?

Saudaraku
Kau yang lebih mengerti akan arti asa
Kau yang lebih mengerti akan bias fatamorgana
Di manakah cinta
“Selamat tinggal sobat”
Kenapa kau tinggalkanku?

Hartaku
Adakah kasih darimu
Kenapa kau kuasai diriku?

Franchiseku
Di tepi sahara
Duduk menanti cinta
Kenapa kau lalaikan aku?

Rumahku
Ah, aku coba
Kutenteng atap
Kubuka bilik
Kupendam
Kucium lantai
Kuisap debu
Kudekap rasa
Tidak ada

Istriku
Ah, Salma
Mendekatlah kekasihku
Aku masih ingat hangatnya pelukanmu
Aku masih ingat secawan anggur di jemarimu
Aku masih ingat seulas senyum di bibirmu
Aku masih ingat sepercik telaga di matamu
Aku masih teringat
kesetiaan cintamu
ketaatan imanmu
kemuliaan dirimu
keagungan akhlakmu
kecintaan akan risalahmu
kesejukan lisanmu
kelembutan belaianmu
ketsiqohan amalmu
keistiqomahan ibadahmu
keistigholan dakwahmu
keikhlasan dirimu
kebeningan kasihmu
Tapi, hendak ke mana kau, Khadijahku?

Nada, putriku
Abi bertanya, tunjukkan cinta yang sesungguhnya
Ucapkanlah lewat harumnya lisanmu
Sampaikanlah lewat mahkota keimananmu
Petikkanlah dari rumpun bunga surgamu
Dendangkanlah dari ranumnya pipimu
Kenapa kau pergi dariku?

Izzudin, putraku
Tunjukkan Abi cinta dalam penamu
Kabarkan Abi dalam kekhusyuan sujudmu
Pelitakan Abi dalam kemurnian pemikiranmu
Beritakan Abi dalam keheningan munajatmu
Kenapa kau menghilang dariku?

Aku
Aku, ya aku
Di mana
Cintaku wahai aku
?

Gersang
Usang
Hilang

Dan
Kuberdiri di Peshawar
Menenggak anggur ketaatan
Mengungkung komunitas mizan
Desing mortir
Dentum kaki baja
Kujual nyawa
Masih ada

Kubertengger
Di selatan Bandara Karachi
Menenteng bazoka
Menghantam muka-muka durjana
Kujual nyawa
Masih tersisa

Kumengangkang
Di puncak kuil Ram India
Di hadapan hidung-hidung militan garis keras
Kujual nyawa
Tiada sirna

Kumenghadang
di teriknya kebisingan Grozny
memoncong tank
menjual nyawa
masih ada

Kumenerjang
Di pusat peradaban Tulkarem
Merasuk, menggigit bom syahid
Menjual nyawa
Masih juga ada

Di kamp Shabra Satila
Menganga luka-luka manusia
Meregang nyawa
Tercabik-cabik
Kubalik
Nada, Izzudin?
Subhanallah

Menyusuri ladang Gaza
Bergelimpangan jutaan nyawa
Tergilas tank menjadi dua
Kupeluk sesosok muka
Salma?
Salma?
Bicaralah Salma,
Bicaralah Salma,
“Mahmud Abu Nada, ketika kau lihat syahidku, angkatlah mukamu ke pemilik
Arsy.
Sungguh kutahu perpisahan sangat begitu berat, sunatullah azza wa jalla
telah pasti atas makhluk-Nya. Khadijahmu ini mencintai pertemuan dengan
Allah Azza wa Jalla.
Khadijah”

Merayap
Menghentak
Meniti

Malam pekat
Dingin menusuk
Di antara pemburu-pemburu tiket tol surga
Kuterbaring
“Segera sembuhkan kakiku ya Omar,
kehilangan satu kaki bukan alasan bagiku tuk tak bisa berlari”
Aku tak pedulikan kaki ini
Aku tak pedulikan mata satuku ini
Aku tak pedulikan cabik-cabik daging tak berbentukku ini

Di belakang panji
Ku merasuk,
Menghentak permukiman Yahudi Netaniya
Mengusung sekarung penghancur jiwa
Menitipkannya pada musang-musang yang tengah berpesta

Kujual nyawa
Sirna
Di surga-Nya

Detik itu juga
Di Palestina Kuraih Cinta

Palmerah, Bumi Allah Juli 2002
Agus Sujarwo

Khamis, Februari 26, 2009

Teka-Teki

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya :

Soalan pertama
Imam Ghazali : Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid 1 : Orang tua
Murid 2 : Guru
Murid 3 : Teman
Murid 4 : Kaum kerabat

Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran:185) .

Soalan kedua
Imam Ghazali : Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?
Murid 1 : Negeri Cina
Murid 2 : Bulan
Murid 3 : Matahari
Murid 4 : Bintang-bintang

Iman Ghazali : Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, teta! p kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Soalan ketiga
Iman Ghazali : Apa yang paling besar didunia ini ?

Murid 1 : Gunung
Murid 2 : Matahari
Murid 3 : Bumi

Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A’raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka .

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati (tetapi) tidak mahu memahami dengannya (ayat-ayat Allah), dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi) tidak mahu mendengar dengannya (ajaran dan nasihat); mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi; mereka itulah orang-orang yang lalai. ” (Surah Al-A’raaf, Ayat 179)

Soalan keempat
Imam Ghazali : Apa yang paling berat didunia ?

Murid 1 : Baja
Murid 2 : Besi
Murid 3 : Gajah

Imam Ghazali : Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah(pemimpin) di duni! a ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia
masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.’

Soalan kelima
Imam Ghazali : Apa yang paling ringan di dunia ini ?

Murid 1 : Kapas
Murid 2 : Angin
Murid 3 : Debu
Murid 4 : Daun-daun

Imam Ghazali : Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat. Na’uzubillahiminzaa lik.

Soalan keenam
Imam Ghazali : Apa yang paling tajam sekali didunia ini ?

Murid- Murid dengan serentak menjawab : Pedang

Imam Ghazali : Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA . Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri

Dialog:Student vs Prof.

An atheist professor of philosophy speaks to his class on the problem science has with God, The Almighty.

He asks one of his new Muslim students to stand and.....

Professor: You are a Muslim, aren't you, son?

Student : Yes, sir.

Prof: So you believe in God?

Student : Absolutely, sir.

Prof: Is God good?

Student : Sure.

Prof: Is God all-powerful?

Student : Yes.

Prof: My brother died of cancer even though he prayed to God to heal him.
Most of us would attempt to help others who are ill. But God didn't.
How is this God good then? Hmm?

(Student is silent.)

Prof: You can't answer, can you? Let's start again, young fella. Is God good?

Student : Yes.

Prof: Is Satan good?

Student : No.

Prof: Where does Satan come from?

Student : From...God.. .

Prof: That's right. Tell me son, is there evil in this world?

Student : Yes.

Prof: Evil is everywhere, isn't it? And God did make everything. Correct?

Student : Yes.

Prof: So who created evil?

(Student does not answer.)

Prof: Is there sickness? Immorality? Hatred? Ugliness?
All these terrible things exist in the world, don't they?

Student : Yes, sir.

Prof: So, who created them?

(Student has no answer.)

Prof: Science says you have 5 senses you use to identify and observe the
world around you. Tell me, son...Have you ever seen God?

Student: No, sir.

Prof: Tell us if you have ever heard your God?

Student : No , sir.

Prof: Have you ever felt your God, tasted your God, smelt your God?
Have you ever had any sensory perception of God for that matter?

Student : No, sir. I'm afraid I haven't.

Prof: Yet you still believe in Him?

Student : Yes.

Prof: According to empirical, testable, demonstrable protocol, science says
your GOD doesn't exist. What do you say to that, son?

Student : Nothing. I only have my faith.

Prof: Yes. Faith. And that is the problem science has.

Student : Professor, is there such a thing as heat?

Prof: Yes.

Student : And is there such a thing as cold?

Prof: Yes.

Student : No sir. There isn't.

(The lecture theatre becomes very quiet with this turn of events.)

Student : Sir, you can have lots of heat, even more heat, superheat, mega heat,
white heat, a little heat or no heat. But we don't have anything called cold.
We can hit 458 degrees below zero which is no heat, but we can't go
any further after that. There is no such thing as cold. Cold is only a word we
use to describe the absence of heat. We cannot measure cold.
Heat is energy. Cold is not the opposite of heat, sir, just the absence of it.

(There is pin-drop silence in the lecture theatre.)

Student : What about darkness, Professor? Is there such a thing as darkness?

Prof: Yes. What is night if there isn't darkness?

Student : You're wrong again, sir. Darkness is the absence of something.
You can have low light, normal light, bright light, flashing light....But if you
have no light constantly, you have nothing and it's called darkness, isn't it?
In reality, darkness isn't. If it were you would be able to make darkness
darker, wouldn't you?

Prof: So what is the point you are making, young man?

Student : Sir, my point is your philosophical premise is flawed.

Prof: Flawed? Can you explain how?

Student : Sir, you are working on the premise of duality.
You argue there is life and then there is death, a good God and a bad God.
You are viewing the concept of God as something finite,
something we can measure.
Sir, science can't even explain a thought. It uses electricity and magnetism,
but has never seen, much less fully understood either one. To view death as
the opposite of life is to be ignorant of the fact that death cannot exist as a
substantive thing. Death is not the opposite of life: just the absence of it.
Now tell me, Professor. Do you teach your students that they evolved from a
monkey?

Prof: If you are referring to the natural evolutionary process, yes, of course, I do.

Student : Have you ever observed evolution with your own eyes, sir?

(The Professor shakes his head with a smile, beginning to realize where the
argument is going.)

Student : Since no one has ever observed the process of evolution at work and
cannot even prove that this process is an on-going endeavour, are you not
teaching your opinion, sir? Are you not a scientist but a preacher?

(The class is in uproar.)

Student : Is there anyone in the class who has ever seen the Professor's brain?

(The class breaks out into laughter.)

Student : Is there anyone here who has ever heard the Professor's brain, felt it,
touched or smelt it?....No one appears to have done so.
So, according to the established rules of empirical, stable, demonstrable
protocol, science says that you have no brain, sir.
With all due respect, sir, how do we then trust your lectures, sir?

(The room is silent. The professor stares at the student, his face
unfathomable. )

Prof: I guess you'll have to take them on faith, son.

Student : That is it sir.. The link between man & god is FAITH.
That is all that keeps things moving & alive.

Nilai sebelah tangan...

Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar -meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah semasa keluar bekerja.
Anak tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun.
Bersendirian di rumah dia kerap dibiarkan pembantunya yang sibuk bekerja bermain diluar, tetapi pintu pagar tetap dikunci. Bermainlah dia sama ada berbuai-buai di atas buaian yang dibeli bapanya, ataupun memetik bunga raya, bunga kertas dan lain-lain di laman rumahnya.

Suatu hari dia terjumpa sebatang paku karat. Dia pun melakar simen tempat letak kereta ayahnya tetapi kerana diperbuat daripada marmar, lakaran tidak kelihatan. Dicubanya pada kereta baru ayahnya. Ya...
kerana kereta itu bewarna gelap, lakarannya jelas.Apa lagi kanak-kanak inipun melakarlah melahirkan kreativitinya. Hari itu bapa dan ibunya bermotosikal ke tempat kerja kerana laluannya sesak sempena perayaan Thaipusam.

Penuh sebelah kanan dia beredar ke sebelah kiri kereta. Dilakarnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu langsung tak disedari si pembantu rumah.

Pulang petang itu, terkejut badaklah pasangan itu melihat kereta yang baru setahun dibeli dengan bayaran ansuran, berbatik-batik. Si bapa yang belum pun masuk ke rumah terus menjerit, "Siapa punya kerja ni?"
Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar.

Mukanya merah padam ketakutan tambah-tambah melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan "Tak tahu... !" "Duduk di rumah sepanjang hari tak tahu, apa kau buat?" herdik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari bilik. Dengan penuh manja dia berkata "Ita buat ayahhh.. cantik kan!"
katanya menerkam ayahnya ingin bermanja seperti selalu. Si ayah yang hilang sabar merentap ranting kecil pokok bunga raya di depannya, terus dipukul bertalu-talu tapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekaligus ketakutan. Puas memukul tapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si ibu cuma mendiamkan diri, mungkin setuju dan berasa puas dengan hukuman yang dikenakan.

Pembantu rumah melopong, tak tahu nak buat apa-apa. Si bapa cukup rakus memukul-mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri anaknya. Selepas si bapa masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu rumah menggendong anak kecil itu, membawanya ke bilik. Dilihatnya tapak tangan dan belakang tangan si anak kecil calar balar. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil dia menangis. Anak kecil itu pula terjerit-jerit menahan kepedihan sebaik calar-balar itu terkena air.

Si pembantu rumah kemudian menidurkan anak kecil itu. Si bapa sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua-dua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu. "Sapukan minyak gamat tu!" balas tuannya, bapa si anak. Pulang dari kerja, dia tidak melayan anak kecil itu yang menghabiskan masa di bilik pembantu.
Si bapa konon mahu mengajar anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah langsung tidak menjenguk anaknya sementara siibu juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu rumah.

"Ita demam... " jawap pembantunya ringkas. "Bagi minum panadol tu, "
balas si ibu. Sebelum si ibu masuk bilik tidur dia menjenguk bilik pembantunya. Apabila dilihat anaknya Ita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup semula pintu. Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahu tuannya bahawa suhu badan Ita terlalu panas.

"Petang nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 siap" kata majikannya itu.
Sampai waktunya si anak yang longlai dibawa ke klinik. Doktor mengarahnya ia dirujuk ke hospital kerana keadaannya serius. Setelah seminggu di wad pediatrik doktor memanggil bapa dan ibu kanak-kanak itu.
"Tiada pilihan.." katanya yang mencadangkan agar kedua-dua tangan kanak-kanak itu dipotong kerana gangren yang terjadi sudah terlalu teruk.

"Ia sudah bernanah, demi nyawanya tangan perlu dipotong dari siku kebawah" kata doktor. Si bapa dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa diri tunggang terbalik, tapi apalah dapat dikatakan. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, sibapa terketar-ketar menandatangani surat kebenaran pembedahan.

Keluar dari bilik pembedahan, selepas ubat bius yang dikenakan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga terpinga-pinga melihat kedua-dua tangannya berbalut putih. Direnung muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis.

Dalam seksaan menahan sakit, si anak yang keletah bersuara dalam linangan air mata. "Abah.. Mama... Ita tak buat lagi. Ita tak mau ayah pukul. Ita tak mau jahat. Ita sayang abah.. sayang mama." katanya berulangkali membuatkan si ibu gagal menahan rasa. "Ita juga sayang Kak Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuatkan gadis dari Surabaya itu meraung seperti histeria.

"Abah.. bagilah balik tangan Ita. Buat apa ambil.. Ita janji tak buat lagi! Ita nak makan macam mana? Nak main macam mana? Ita janji tak conteng kereta lagi, " katanya bertalu-talu. Bagaikan gugur jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia dapat menahannya.

10 Pesanan Rasulullah saw

Ada sepuluh pesanan Rasulullah s.a.w yang mengajarkan kita praktis mengusir iblis dan bala tentaranya jika menyerang kita dengan rayuan-rayuan yang menyebabkan kita terjerumus kedalam jurang kehinaan tanpa kita sedari dengan memanfaatkan titik kelemahan kita . Mari kita memperhatikan pesanan-pesanan kenabian tersebut yang tertuang dalam bentuk dialog antara manusia dan syaitan ;


1- Jika ia datang kepadamu dan berkata : "Anakmu mati". Katakan kepadanya: "Sesengguhnya mahluk hidup diciptakan untuk mati, dan penggalan dariku (putraku) akan masuk surga. Dan hal itu membuatku gembira".

2- Jika ia datang kepadamu dan berkata : "Hartamu musnah".Katakan kepadanya: "Segala puji bagi Allah Zat Yang Maha Memberi dan Mengambil, dan menggugurkan atasku kewajiban zakat".

3- Jika ia datang kepadamu dan berkata : "Orang-orang menzalimimu sedangkan kamu tidak menzalimi seorang pun".Maka, katakan kepadanya :"Siksaan akan menimpa orang-orang yang berbuat zalim dan tidak menimpa orang-orang yang berbuat kebajikan ( Mukhsinin)".

4- Dan jika ia datang kepadamu dan berkata :"Betapa banyak kebaikanmu", dengan tujuan menjerumuskan untuk bangga diri (Ujub). Maka ia katakan kepadanya :"Kejelekan-kejelekanku jauh lebih banyak dari pada kebaikanku".

5- Dan jika ia datang kepadamu dan berkata :"Alangkah banyaknya shalatmu". Maka katakan :"Kelalaianku lebih banyak dibanding shalatku".

6- Dan jika ia datang dan berkata :"Betapa banyak kamu bersedekah kepada orang-orang". Maka katakan kepadanya :"Apa yang saya terima dari Allah jauh lebih banyak dari yang saya sedekahkan".

7- Dan jika ia berkata kepadamu :"Betapa banyak orang yang menzalimimu". Maka katakan kepadanya :"Orang-orang yang kuzalimi lebih banyak".

8- Dan jika ia berkata kepadamu :"Betapa banyak amalmu". Maka katakan :"Betapa seringnya aku bermaksiat".

9- Dan jika ia datang kepadamu dan berkata :"Minumlah minum-minuman keras!" Maka katakan :"Saya tidak akan mengerjakan maksiat".

10- Dan jika ia datang kepadamu dan berkata :"Mengapa kamu tidak mencintai dunia ?" Maka katakan :"Aku tidak mencintainya dan telah banyak orang lain yang tertipu olehnya